Friday, December 19, 2008

Tahun Baru Suku Bunga Baru ...........................

Tahun baru semua baru :D dan yang paling menarik untuk dicermati adalah BUNGA bank baru :D. Hampir semua bank di seluruh dunia berlomba - lomba untuk menurunken suku bunga nya dikarenakan karena perlambatan ekonomi. Tapi apakah instrumen tradisonal yang tersohor keampuhannya ini dapat memberiken solusi pada keadaan ekonomi saat ini? menarik untuk disimak sebagai referensi untuk mencari solusi di tahun yang baru. artikel - artikel ini saya cuplik dari tabloid kontan tanggal 18 desember dan 19 desember 2008 , Selamat membaca :D
Filipina Juga Turunkan Suku Bunga Jadi 5,5%

MANILA. Seperti yang sudah diprediksi oleh banyak analis, bank sentral Filipina akhirnya memangkas suku bunga acuannya. Ini merupakan pemotongan pertama sejak Januari. Bangko Sentral ng Pilipinas mengambil kebijakan ini untuk menggairahkan kembali perekonomian di negara tersebut.
Gubernur bank sentral Amando Tetangco kepada reporter hari ini menyatakan, suku bunga acuan akan diturunkan dari 6% menjadi 5,5%. Keputusan ini memang sudah diprediksi sebelumnya oleh 13 ekonom yang disurvei Bloomberg,
“Dengan adanya tekanan inflasi yang terus berkurang, maka banyak ruang untuk mengendurkan kebijakan suku bunga. Penurunan suku bunga sudah pasti akan mengurangi pengetatan pengucuran kredit,” jelas Tetangco.
Dengan adanya pemberlakuan kebijakan ini, Filipina mengikuti langkah sejumlah negara lain dari Amerika Serikat hingga Malaysia, yang sudah lebih dulu menurunkan suku bunga acuannya.
Jepang Papras Suku Bunga Acuan Menjadi 0,1%

TOKYO. Bank of Japan akhirnya memotong suku bunga patokannya ke level 0,1%. Gubernur Bank of Japan Masaaki Shirakawa dan koleganya memangkas target overnight lending rate dari 0,3% dengan 7 banding 1 suara.
Bank sentral ini menegaskan bahwa pihaknya akan membeli utang perusahaan seiring dengan resesi yang mendalam yang membuat sesak pendanaan bisnis. Aksi ini dilakukan oleh BoJ untuk menenangkan biaya pinjaman bagi perusahaan Jepang agar bisa mendapatkan pendanaan di tengah krisis global yang menjepit. Selain itu, untuk sementara ini bank sentral juga akan membungkus surat berharga dan meningkatkan pembelanjaan bulanan obligasi pemerintah.
Pemangkasan suku bunga ini merupakan yang kedua kalinya bagi BoJ. Langkah ini dilakukan setelah The Fed melakukan aksi yang cukup agresif dengan memotong bunga acuannya hingga menjadi 0,25% dan menggiring yen menguat terhadap dolar AS sepanjang 13 tahun terakhir ini.
Yen diperdagangkan di level 89,17 per dolar AS pada pukul 2.56 di Tokyo dari 89,28 sesaat sebelum keputusan ini diambil. Tahun ini, Nikkei 225 Stock Average tergelincir 44%.
Minggu lalu, pemerintah sudah memutuskan untuk membeli commercial paper. Hari ini, mereka menegaskan untuk membelanjakan setidaknya 20 triliun yen atau US$ 223 miliar dari saham yang dimiliki oleh perbankan untuk mendorong permodalan.
Perdana Menteri Taro Aso dan Menteri Keuangan Shoichi Nakagawa menyatakan ingin memainkan peranan mereka di sektor perbankan melalui suntikan dana segar untuk memudahkan perusahaan melakukan pinjaman. Pasar surat utang bulan ini menyentuh level yang paling tinggi, setidaknya empat tahun terakhir ini.
Keputusan bank sentral ini juga tak bisa lepas dari hitungan perekonomian Jepang. Menurutnya, kondisi ekonomi telah memburuk dan kemungkinan akan menjadi lebih parah. November lalu, pertumbuhan ekonomi Jepang terlihat malas untuk merangsek naik.
“Kuartal terakhir, perekonomian Jepang telah menurun ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih-lebih, industri otomotif telah menyambar sektor lain dan hal ini sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi; kini harus menghadapi penurunan,” kata Jun Ishii, chief fixed-income strategist Mitsubishi UFJ Securities Co. di Tokyo.
Jika pemerintah tak memberikan stimulus, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini kemungkinan akan terjungkal 0,8% pada tahun fiskal tahun depan. Hal ini ditegaskan oleh Kaoru Yosano, Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal. Kabinet Jepang hari ini memprediksikan pertumbuhan negeri sakura per 1 April 2009 sebesar 0%.

Bank Sentral Ramai-Ramai Meluruhkan Bunga

Minggu ini rupanya menjadi minggu yang sibuk bagi sejumlah bank sentral. Dimulai dari The Federal Reserve (The Fed) yang pada hari Rabu (17/12) lalu menggunting suku bunganya ke level yang cukup rendah, yaitu 0,25%.
Langkah The Fed selalu menjadi patokan bagi bank sentral di seluruh dunia. Tak harus memotong suku bunga bila The Fed mengambil langkah tersebut; bahkan memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga pun tetap harus melirik terlebih dahuli pada bank sentral paman sam ini.
"Kita berada di sini sekarang, menyentuh level yang rendah," kata Ian Shepherdson, Kepala Ekonom High Frequency Economics. Menurutnya, langkah The Fed ini pencerminan dari perekonomian yang terlantar yang tak akan pernah bisa dihitung sebelumnya. Lebih dari itu, keterpurukan finansial pun akan terus berlanjut.
Toh, bank sentral tetap memberikan sejumlah sinyal bahwa masih ada perangkat lain yang bisa digunakan untuk memecut perekonomian dengan tingkat suku bunga yang cukup mini. Dengan menggemukkan neraca keuangannya dari US$ 800 miliar menjadi lebih dari US$ 2 triliun, The Fed berjanji akan mengelola neraca keuangannya di level yang tetap tinggi.
"The Fed menggelindingkan kebijakan ini untuk mendukung fungsi pasar finansial dan merangsang perekonomian, sekaligus menjaga agar nilai neraca keuangan The Fed tetap pada level yang tinggi," kata The Fed.
Presiden terpilih Barack Obama merespons kebijakan The Fed ini. "Saya tidak berpikir tidaklah bijak bagi presiden dan presiden terpilih untuk mencampuri The Fed, yang merupakan lembaga independen. Kita kehabisan amunisi tradisional yang biasa kita gunakan untuk menghadapi resesi, yaitu pemangkasan suku bunga. Kendati The Fed masih punya perangkat yang lain untuk menghadapi resesi, sangatlah mendesak bahwa lembaga-lembaga pemerintahan yang lain untuk ikut bergerak bersama-sama."
Nah, tak lama setelah The Fed mengumumkan keputusannya, bank-bank sentral lainnya pun mengambil langkah seribu.
Lihat saja bank sentral Hongkong, Hongkong Monetary Authority (HKMA), yang juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya ke rekor terendah dari sebelumnya 1,5% menjadi 0,5% di hari yang sama dengan The Fed mengiris bunganya. Harapannya, apat menstimulasi pengeluaran sehingga kembali menggairahkan perekonomian Hongkong. Berdasarkan data yang dirilis Fitch Ratings, saat ini pihak perbankan sedang terancam adanya bahaya penyusutan aset dan kerugian kredit akibat gagal bayar.

“Dengan adanya penurunan tersebut, HKMA berharap langkah ini juga diikuti oleh pihak perbankan lainnya sehingga dapat mendukung perekonomian Hongkong,” jelas chief executive HKMA Joseph Yam.

Sama saja dengan bank sentral Filipina. Bangko Sentral ng Pilipinas, pada hari Kamis (18/12) kemarin akhirnya memangkas suku bunga acuannya. Ini merupakan pemotongan pertama sejak Januari tahun ini.
“Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menggunting suku bunga karena posisi peso sedang menguat. Pemangkasan sebesar 25 basis poin akan memberikan sinyal ke pasar, yang memang membutuhkan informasi adanya upaya perbaikan perekonomian di negara ini oleh pemerintah,” jelas Rafael Algarra, treasurer di Security Banking Corp di Manila.
Gubernur bank sentral Amando Tetangco menyatakan, suku bunga acuan diturunkan dari 6% menjadi 5,5%. Keputusan ini memang sudah diprediksi sebelumnya oleh 13 ekonom yang disurvei Bloomberg beberapa saat sebelumnya. “Dengan adanya tekanan inflasi yang terus berkurang, maka banyak ruang untuk mengendurkan kebijakan suku bunga. Penurunan suku bunga sudah pasti akan mengurangi pengetatan pengucuran kredit,” jelas Tetangco.
Dan hari Jumat (19/12) ini, The Fed ini juga menggiring Bank of Japan memotong suku bunga patokannya ke level 0,1%. Gubernur Bank of Japan Masaaki Shirakawa dan koleganya memangkas target overnight lending rate dari 0,3% dengan 7 banding 1 suara. Asal tahu saja, pemangkasan suku bunga ini merupakan yang kedua kalinya bagi BoJ.
Perdana Menteri Taro Aso dan Menteri Keuangan Shoichi Nakagawa menyatakan ingin memainkan peranan mereka di sektor perbankan melalui suntikan dana segar untuk memudahkan perusahaan melakukan pinjaman. Pasar surat utang bulan ini menyentuh level yang paling tinggi, setidaknya empat tahun terakhir ini.
Karenanya, bank sentral kali ini menegaskan bahwa pihaknya akan membeli utang perusahaan seiring dengan resesi yang mendalam yang membuat sesak pendanaan bisnis. Aksi ini dilakukan oleh BoJ untuk menenangkan biaya pinjaman bagi perusahaan Jepang agar bisa mendapatkan pendanaan di tengah krisis global yang menjepit. Selain itu, untuk sementara ini bank sentral juga akan membungkus surat berharga dan meningkatkan pembelanjaan bulanan obligasi pemerintah.
Jika minggu lalu pemerintah sudah memutuskan untuk membeli commercial paper, hari ini mereka menyebutkan nilai belanjanya, yaitu 20 triliun yen atau US$ 223 miliar dari saham yang dimiliki oleh perbankan untuk mendorong permodalan.
“Kuartal terakhir, perekonomian Jepang telah menurun ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih-lebih, industri otomotif telah menyambar sektor lain dan hal ini sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi; kini harus menghadapi penurunan,” kata Jun Ishii, chief fixed-income strategist Mitsubishi UFJ Securities Co. di Tokyo.
Vietnam juga memangkas suku bunganya menjadi 8,5% dari sebelumnya 10% pada hari ini. Pemangkasan ini merupakan yang paling besar sepanjang tahun untuk mencegah perekonomian yang kian melambat dan krisis keuangan yang kian memburuk.
State Bank of Vietnam menegaskan, suku bunga anyar ini berlaku efektif mulai 22 Desember minggu depan. Pemangku kebijakan juga mengurangi refinancing rate dari 11% menjadi 9,5% dan menyusutkan discount rate dari 9% menjadi 7,5%.
“Pemotongan suku bunga ini akan membantu biaya pinjaman baik untuk perseorangan maupun perusahaan, ssehingga akan membantu merangsang produksi dan konsumsi,” tutur Do Ngoc Quynh, head of currency and debt trading Bank for Investment & Development.

Tetap anteng di suku bunga terakhir

Namun, ada juga negara yang enggan membebek langkah The Fed ini. Lihat saja bank sentral Sri Lanka yang keukeuh pada suku bunga yang sudah dipatok sebelumnya, yaitu 10,5%. Bukan hanya sekarang Sri Lanka kompak memegang suku bunga patokan ini. Dalam 22 kali pertemuannya hingga hari Jumat (19/12) ini tentang suku bunga, bank sentral ini sepakat untuk tak menggoyahkannya.
Langkah ini diambil untuk memudahkan biaya peminjaman lantaran negeri ini sudah memprediksikan inflasi akan berjalan lebih lambat dari tahun sebelumnya. Bank sentral berusaha menjaga inflasi yang selama ini, sekitar lebih dari 16%.
Mendekap tingkat inflasi yang paling tinggi di Asia telah memberikan ruang yang sangat tebatas bagi Gubernur Nivard Cabraal untuk membikin kebijakan moneter menjadi tenang untuk mendorong ekspansi perekonomian. Padahal, roda ekonomi di negara ini sudah melambat di kuartal terakhir seiring dengan perekonomian yang terjungkal yang menghajar ekspor. Masih lagi, inflasi yang tenang memberi bank sentral cukup ruang untuk bermanuver di bulan-bulan yang akan datang.
Tak hanya Sri Lanka yang terlihat berhati-hati dan tak asal membebek bunga The Fed. Sejumlah tarik ulur pun masih terjadi di sejumlah bank sentral.
Misalnya bank sentral China. Gubernur bank sentral china Zhou Xiaochuan menggelontorkan spekulasi bahwa pengguntingan suku bunga acuan di China sudah di ambang pintu. Ia juga kembali menyebutkan bahwa inflasi yang merosot telah mendesak agar suku bunga segera dipangkas.“Tekanan ini berdasarkan atas prediksi inflasi. Inflasi kemungkinan akan melambat lebih jauh lagi beberapa waktu yang akan datng,” kata Zhou di Beijing, Kamis (18/12).
Glenn Maguire, chief Asia-Pacific economist Societe Generale SA di Hong Kong mengharapkan suku bunga patokan untuk one-year lending rate melandai menjadi 4,50% dari 5,58 % dalam tiga minggu ini. “Prospek untuk pemangkasan suku bunga sangatlah besar pada saar ini dan mereka bisa bergerak kapanpun,” katanya.
Lantas, apakah pengirisan suku bunga China ini ada kaitannya dengan pembabatan oleh The Fed yang belum lama ini dilakukan? Zhou menegaskan bahwa jika suku bunga patokan China dibabat, tak ada kaitan dengan The Fed. “Kami akan mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan kami dan data yang kami miliki,” katanya.
Sementara itu Charles Goodhart, mantan anggota komite kebijakan moneter Bank of England mengimbau agar Gubernur Bank of England Mervyn King melihat kembali kemungkinan membikin kebijakan yang agresif untuk bertempur melawan krisis kredit.
“Otoritas moneter harusnya agresif!,” tegasnya. Saat ini, Goodhart menjadi profesor di London School of Economics and Political Science. Menurutnya, sebaiknya tahun depan King lebih berani, fleksibel dan melangkah lebih jauh untuk merespons kondisi saat ini.
Bank sentral Inggris, dan juga bank sentral lainnya, menurut Goodhart, tak cukup bisa menyadari tentang permasalahan likuiditas yang makin melebar ini. “Jika perbankan mengambil langkah yang lebih cepat ketimbang beberapa waktu lalu, kita tak akan berada di titik seperti sekarang ini,” katanya.
Sebelum The Fed memangkas suku bunganya ke level 0,25%, Goodhart menegaskan bahwa bank sentral AS telah melakukan hal yang paling tepat untuk membantu meringankan krisis kredit dengan membelanjakan commercial paper.
Bank sentral lainnya sepertinya bakal ikut menggunting suku bunga acuannya. European Central Bank mengikis suku bunganya menjadi 2,5% bulan ini dari 4,25% di bulan Juli. Sementara Bank of England memapras suku bunganya menjadi 2% dari 5,75% di bulan Juli.
Tingkat Pengangguran Rusia Semakin Menggelembung

MOSCOW. Tingkat pengangguran di Rusia pada November lalu makin meroket. Bahkan peningkatannya merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Berdasarkan data yang dirilis Federal Statistics Service, tingkat pengangguran naik menjadi 6,6% dari sebelumnya 6,1% pada bulan Oktober. Jumlah warga yang tidak memiliki pekerjaan mengalami penambahan menjadi 6 juta dari 4,6 juta pada Oktober lalu.
“Angka pengangguran ini sangat memprihatinkan. Itu dapat diartikan, tingkat konsumsi akan semakin menurun sehingga perekonomian Rusia tidak akan bergairah. Hal ini merupakan kabar buruk untuk menyambut tahun baru,” jelas Tatiana Orlova, ekonom ING Bank di Moscow.

Deputy Economy Minister Rusia Andrei Klepach kemarin mengatakan, krisis finansial global mulai berdampak ke Rusia. Alhasil, negara yang merupakan eksportir terbesar energi dunia ini diprediksi akan mengalami kontraksi dalam dua kuartal pertama tahun 2009 mendatang.
Selain tingginya angka pengangguran, Rusia juga dibayang-bayangi dengan melemahnya mata uang rubel sebesar 0,4% menjadi 27,6165 per dolar. Sementara itu, jika dihadapkan dengan euro, mata uang rubel melemah 0,8% menjadi 39,4592. Sedangkan hari ini, indeks acuan Rusia Micex Stock index juga melorot 2,5%.

0 comments:


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files