Sunday, January 11, 2009

Perencanaan Keuangan Untuk Ibadah

dr Erwien Isparnardi SpOT, Sisihkan Pemasukan untuk Berhaji
Enam Tahun, Cukup ONH Plus

Sudah menjadi tekat dr Erwien Isparnardi SpOT, suatu saat nanti dirinya harus menunaikan ibadah haji. Hatinya tenang bila telah menenuaikan rukun Islam kelima itu. Ibadahnya telah lengkap.

Karena itu, demi mewujudkan cita-cita tersebut, Erwien bertekat mengumpulkan dana haji. Itu dimulai sejak membuka praktik spesialis pada 2002. Ketika itu, Erwien sudah membina rumah tangga dengan dr Anida Yusdiantari dan dianugerahi dua orang putra, Erianda Ramadani, 17, dan Erdianta Valenski, 13.

Pengumpulan dana haji itu dimulai sedikit demi sedikit. Maklum, enam tahun silam, Erwien baru memulai karir. Kondisi keuangan masih belum stabil. Pendapatan yang masuk harus dibagi-bagi dengan kebutuhan rumah tangga, kebutuhan anak, melunasi kerdit rumah, termasuk melunasi utang. ''Ya, untuk biaya sekolah spesialis, saya sempat kehabisan dana. Terpaksa pinjam sanak saudara,'' ujar Erwien lantas tersenyum.

Seiring dengan peningkatan karir, jumlah dana yang disisihkan untuk ibadah haji tersebut mulai ditingkatkan. Supaya tidak repot, dana untuk haji itu dipotong secara otomatis (auto debit) secara rutin dari tabungan. Cara itu membuat Erwien bisa terus menabung secara konstan. ''Tabungan haji sudah menjadi prioritas yang tidak bisa diganggu gugat. Ibadah adalah tujuan utama saya,'' katanya.

Erwien mengatakan, menabung untuk haji memang harus dimulai sejak jauh-jauh hari. Mengingat, setiap tahun biaya haji meningkat. Tahun ini, misalnya, untuk berangkat haji menggunakan ONH plus, per orang dipatok USD 11 ribu atau setara dengan Rp 121 juta.

Itu belum termasuk biaya selama hidup di sana dan biaya untuk keluarga yang ditinggalkan selama berhaji. Erwien merasa bersyukur. Sebab, tabungan yang dia kumpulkan sejak enam tahun itu bisa menutup semua pengeluaran tersebut.

Niatnya, Erwien mengajak istri untuk melaksanakan ibadah haji bersama-sama. Namun, mengingat Ervianda Yusandi, 2, putra bungsu mereka tak bisa ditinggal, Anida tak bisa menemaninya pergi haji Desember 2008.

Sekarang, setelah rukun Islam kelima itu terpenuhi, Erwien mempunyai uang sisa dana dari persiapan tabungan haji untuk istri yang tak jadi digunakan. Uang tersebut, rencananya, ditabung saja. Sebab, Erwien punya rencana akan kembali berhaji lagi. ''Istri saya belum melaksanakan ibadah haji. Saat dia berhaji, saya pasti harus menemani,'' katanya. (ign/ayi)

Thursday, January 1, 2009

TOP 37 SeX Tips Must READ !! :D

This summary is not available. Please click here to view the post.

Sunday, December 21, 2008

Kecemasan Warga Senior Jepang Menghadapi Masa Tua

Wah wah wah bener bener mengeriken juga ya, temen - temen sudah buka koran Jawa Pos hari ini ? kebetulan saya tadi membaca koran dan melihat artikel ini dan saya kok kepikiran untuk posting :D mungkin untuk temen - temen tidak sempet baca ata kelewatan baca :D. Kita semua pasti akan memasuki usia senja tidak ada yang akan LOLOS, ada rencana apakah atao sudahkah temen temen memikirken apa yang akan terjadi di masa tua nanti ?ketika pasangan kita yang biasanya selalu mendapingi kita sudah tidak ada ataou pun anak - anak yang sudah beranjak dewasa dan mulai berkeluarga sendiri - sendiri. berikut cuplikan artikelnya mungkin bisa membantu temen - temen semuanya untuk mulai berpikir hehehehe :D

Rela Masuk Penjara Hanya untuk Cari Teman Ngobrol

Hari tua menjadi saat menakutkan bagi warga Jepang. Tak ada teman, tak punya keluarga di rumah. Mereka pun melakukan "apa saja" agar mendapat teman ngobrol. Termasuk melakukan kejahatan kecil-kecilan.

TATANG MAHARDIKA, Tokyo

PESAN itu singkat saja: "I'm responsible for cleaning your room. We welcome any comment (s) regarding my work on the reverse side (Saya bertanggung jawab terhadap kebersihan kamar Anda. Kami siap menerima komentar apa saja mengenai hasil kerja kami yang bisa ditulis di balik kertas ini)". Pada bagian akhir pesan yang tercantum dalam sebuah lipatan kertas itu tertulis nama dalam huruf kapital: KANEKO.

Kaneko bukan gadis lulusan sekolah pariwisata seperti laiknya petugas cleaning service di hotel-hotel Indonesia. Dia seorang wanita sepuh, berusia 70-an yang bekerja di Hotel Shinagawa Prince Hotel, Tokyo, Jepang.

"Kontrak kerja kami didasarkan pada penilaian para tamu yang tertulis seperti di kertas itu," kata Kaneko yang harus diwawancarai dengan sedikit "bahasa Tarzan" karena minimnya penguasaan bahasa Inggris.

Kaneko, seperti halnya Yoshui, pria 60 tahun yang bekerja di bagian kebersihan Stasiun Kereta Api Yokohama, memang sangat berkepentingan agar terus bisa bekerja. Tak semata-mata demi uang, tapi untuk menangkis apa yang menjadi ketakutan warga senior Jepang pada umumnya: kesepian.

"Di sini (di hotel, Red) setidaknya saya punya teman untuk bicara, baik itu rekan kerja maupun para tamu," katanya yang memang tampak berbinar setiap kali Jawa Pos mengajaknya berbincang saat dia membersihkan kamar.

Perasaan sepi di tengah keriuhan, tak berguna di antara derap kemajuan Jepang, memang telah berdampak begitu buruk bagi warga senior Jepang. Yang disebut senior di sini adalah mereka yang berusia 65 tahun ke atas yang jumlahnya mencapai seperlima dari total 127 juta penduduk Negeri Sakura.

Bulan lalu Departemen Kehakiman Jepang melaporkan, dalam lima tahun terakhir, tindak kriminal yang dilakukan warga senior negeri itu meningkat dua kali lipat menjadi 48.605 kasus. Jumlah itu tertinggi sejak 1978. Di Hokkaido yang terletak di bagian utara negeri monarki konstitusional tersebut, selama 2006-2008, kepolisian setempat mencatat 880 kasus kejahatan yang dilakukan warga senior. Jumlah tersebut lebih banyak dibanding yang dilakukan mereka yang berumur 30 tahun ke bawah, yakni hanya 642 kasus.

Kenyataan itu sungguh ironis karena, pertama, secara umum Jepang adalah negara dengan tingkat kriminalitas terendah di dunia. Kedua, fenomena "mbelingnya" warga senior Negeri Matahari Terbit itu justru bertentangan dengan teori kriminalitas yang diyakini di banyak negara selama ini: pelaku kejahatan terbesar adalah mereka yang berusia 20-an tahun.

Namun, jangan keburu berpikir seram tentang kaum tua Jepang. Sebab, berdasarkan Departemen Kehakiman Jepang, hampir semua kriminalitas yang mereka lakukan tergolong sangat ringan. Misalnya, mencopet atau mengutil di supermarket.

Itu pun banyak yang bukan dilandasi faktor uang. Yuji, seorang kakek yang berbincang dengan Jawa Pos di sebuah rumah makan 24 jam di Nagoya, menceritakan kalau banyak temannya yang sengaja melanggar hukum agar dipenjara.

"Mereka lebih senang dipenjara, banyak teman buat ngobrol. Makan dan minum gratis lagi," katanya lantas tertawa. Tak tertarik melakukan hal yang sama? "Ah tidak, bagaimanapun tetap enak di luar. Bisa bebas ke mana saja," kata Yuji.

Bebas ke mana saja? Sota, si pegawai rumah makan yang membantu menerjemahkan, menceritakan hal yang berbeda. Menurut dia, hampir setiap malam Yuji tertidur di rumah makan tersebut. "Saya tak tega mengusirnya. Tapi, dia selalu membayar makanannya kok. Pagi-pagi dia sudah pergi lagi, entah ke mana," ujarnya.

Menyusuri kehidupan malam di tiga kota besar di Jepang -Tokyo, Yokohama, dan Nagoya- pria seperti Yuji banyak ditemui. Ada yang tertidur di rumah makan, ada yang berkeliaran tak tentu arah, ada pula yang duduk-duduk atau rebahan di depan pertokoan.

"Saya bosan di rumah terus. Keluar, merokok, ngobrol sedikit di sana-sini atau kadang-kadang main kartu di rumah teman. Itu yang saya lakukan tiap malam. Kalau ada duit, saya pergi ke stadion nonton sepak bola," kata Hideo, seorang staf kebersihan taman kota di Hodagaya, Yokohama, yang mengaku putri tunggalnya yang tinggal di Shizuoka jarang mengunjungi.

Terisolasinya kalangan kakek-nenek di Jepang itu tak lepas dari rendahnya tingkat kelahiran di negeri dengan 47 prefektur (semacam negara bagian, Red) tersebut. Setelah istri atau suami meninggal, tak ada lagi yang bisa diajak bicara.

Dalam 27 tahun terakhir, angka kelahiran di Jepang telah menurun 27 persen. Itu yang menjadikan jumlah warga senior di negara kepulauan itu tiga kali lebih banyak daripada Tiongkok dan dua kali lebih banyak daripada Amerika Serikat. Padahal, jumlah penduduk kedua negara itu jauh di atas Jepang.

National Institute of Population and Social Security yang bermarkas di Tokyo bahkan memperkirakan, pada 2050, perbandingan warga tua dan muda di Jepang akan mencapai 4 : 1. Pemerintah Jepang jelas khawatir hal itu bakal terwujud. Karena itu, sekitar dua pekan lalu, pemerintahan Perdana Menteri Taro Aso tersebut mengajukan rancangan kenaikan tunjangan anak kepada parlemen. Tujuannya jelas, agar pasangan muda negeri itu tertarik untuk punya anak.

Punya anak memang tak murah di Jepang. Tapi, kalau memilih hidup melajang atau menikah tanpa anak, warga muda Jepang harus bersiap menghadapi hari-hari tua seperti Yuji. Melakukan apa saja untuk sekadar mendapatkan teman bicara, agar diperhatikan lingkungan sekitar.

Lebih suram lagi, akibat guncangan krisis ekonomi global, seperti dilaporkan harian The Daily Yomiuri pekan lalu, pemerintah Jepang akan memotong tunjangan untuk kaum tua yang sejak dua tahun lalu mencapai 220 miliar yen. Itu agar anggaran belanja mereka menjadi seimbang pada 2011.

Kaneko dan Hideo mengaku belum mendengar rencana pemerintah itu. Atau lebih tepatnya, mereka mungkin tak peduli. "Saya punya tabungan meski tak banyak. Saya yakin tak akan kekurangan uang. Yang saya takutkan jika saya kehilangan pekerjaan. Karena, itu berarti saya tak punya teman," kata Kaneko. (*/nw)


wuuiiihhh ..........................

Friday, December 19, 2008

Tahun Baru Suku Bunga Baru ...........................

Tahun baru semua baru :D dan yang paling menarik untuk dicermati adalah BUNGA bank baru :D. Hampir semua bank di seluruh dunia berlomba - lomba untuk menurunken suku bunga nya dikarenakan karena perlambatan ekonomi. Tapi apakah instrumen tradisonal yang tersohor keampuhannya ini dapat memberiken solusi pada keadaan ekonomi saat ini? menarik untuk disimak sebagai referensi untuk mencari solusi di tahun yang baru. artikel - artikel ini saya cuplik dari tabloid kontan tanggal 18 desember dan 19 desember 2008 , Selamat membaca :D
Filipina Juga Turunkan Suku Bunga Jadi 5,5%

MANILA. Seperti yang sudah diprediksi oleh banyak analis, bank sentral Filipina akhirnya memangkas suku bunga acuannya. Ini merupakan pemotongan pertama sejak Januari. Bangko Sentral ng Pilipinas mengambil kebijakan ini untuk menggairahkan kembali perekonomian di negara tersebut.
Gubernur bank sentral Amando Tetangco kepada reporter hari ini menyatakan, suku bunga acuan akan diturunkan dari 6% menjadi 5,5%. Keputusan ini memang sudah diprediksi sebelumnya oleh 13 ekonom yang disurvei Bloomberg,
“Dengan adanya tekanan inflasi yang terus berkurang, maka banyak ruang untuk mengendurkan kebijakan suku bunga. Penurunan suku bunga sudah pasti akan mengurangi pengetatan pengucuran kredit,” jelas Tetangco.
Dengan adanya pemberlakuan kebijakan ini, Filipina mengikuti langkah sejumlah negara lain dari Amerika Serikat hingga Malaysia, yang sudah lebih dulu menurunkan suku bunga acuannya.
Jepang Papras Suku Bunga Acuan Menjadi 0,1%

TOKYO. Bank of Japan akhirnya memotong suku bunga patokannya ke level 0,1%. Gubernur Bank of Japan Masaaki Shirakawa dan koleganya memangkas target overnight lending rate dari 0,3% dengan 7 banding 1 suara.
Bank sentral ini menegaskan bahwa pihaknya akan membeli utang perusahaan seiring dengan resesi yang mendalam yang membuat sesak pendanaan bisnis. Aksi ini dilakukan oleh BoJ untuk menenangkan biaya pinjaman bagi perusahaan Jepang agar bisa mendapatkan pendanaan di tengah krisis global yang menjepit. Selain itu, untuk sementara ini bank sentral juga akan membungkus surat berharga dan meningkatkan pembelanjaan bulanan obligasi pemerintah.
Pemangkasan suku bunga ini merupakan yang kedua kalinya bagi BoJ. Langkah ini dilakukan setelah The Fed melakukan aksi yang cukup agresif dengan memotong bunga acuannya hingga menjadi 0,25% dan menggiring yen menguat terhadap dolar AS sepanjang 13 tahun terakhir ini.
Yen diperdagangkan di level 89,17 per dolar AS pada pukul 2.56 di Tokyo dari 89,28 sesaat sebelum keputusan ini diambil. Tahun ini, Nikkei 225 Stock Average tergelincir 44%.
Minggu lalu, pemerintah sudah memutuskan untuk membeli commercial paper. Hari ini, mereka menegaskan untuk membelanjakan setidaknya 20 triliun yen atau US$ 223 miliar dari saham yang dimiliki oleh perbankan untuk mendorong permodalan.
Perdana Menteri Taro Aso dan Menteri Keuangan Shoichi Nakagawa menyatakan ingin memainkan peranan mereka di sektor perbankan melalui suntikan dana segar untuk memudahkan perusahaan melakukan pinjaman. Pasar surat utang bulan ini menyentuh level yang paling tinggi, setidaknya empat tahun terakhir ini.
Keputusan bank sentral ini juga tak bisa lepas dari hitungan perekonomian Jepang. Menurutnya, kondisi ekonomi telah memburuk dan kemungkinan akan menjadi lebih parah. November lalu, pertumbuhan ekonomi Jepang terlihat malas untuk merangsek naik.
“Kuartal terakhir, perekonomian Jepang telah menurun ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih-lebih, industri otomotif telah menyambar sektor lain dan hal ini sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi; kini harus menghadapi penurunan,” kata Jun Ishii, chief fixed-income strategist Mitsubishi UFJ Securities Co. di Tokyo.
Jika pemerintah tak memberikan stimulus, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini kemungkinan akan terjungkal 0,8% pada tahun fiskal tahun depan. Hal ini ditegaskan oleh Kaoru Yosano, Menteri Ekonomi dan Kebijakan Fiskal. Kabinet Jepang hari ini memprediksikan pertumbuhan negeri sakura per 1 April 2009 sebesar 0%.

Bank Sentral Ramai-Ramai Meluruhkan Bunga

Minggu ini rupanya menjadi minggu yang sibuk bagi sejumlah bank sentral. Dimulai dari The Federal Reserve (The Fed) yang pada hari Rabu (17/12) lalu menggunting suku bunganya ke level yang cukup rendah, yaitu 0,25%.
Langkah The Fed selalu menjadi patokan bagi bank sentral di seluruh dunia. Tak harus memotong suku bunga bila The Fed mengambil langkah tersebut; bahkan memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga pun tetap harus melirik terlebih dahuli pada bank sentral paman sam ini.
"Kita berada di sini sekarang, menyentuh level yang rendah," kata Ian Shepherdson, Kepala Ekonom High Frequency Economics. Menurutnya, langkah The Fed ini pencerminan dari perekonomian yang terlantar yang tak akan pernah bisa dihitung sebelumnya. Lebih dari itu, keterpurukan finansial pun akan terus berlanjut.
Toh, bank sentral tetap memberikan sejumlah sinyal bahwa masih ada perangkat lain yang bisa digunakan untuk memecut perekonomian dengan tingkat suku bunga yang cukup mini. Dengan menggemukkan neraca keuangannya dari US$ 800 miliar menjadi lebih dari US$ 2 triliun, The Fed berjanji akan mengelola neraca keuangannya di level yang tetap tinggi.
"The Fed menggelindingkan kebijakan ini untuk mendukung fungsi pasar finansial dan merangsang perekonomian, sekaligus menjaga agar nilai neraca keuangan The Fed tetap pada level yang tinggi," kata The Fed.
Presiden terpilih Barack Obama merespons kebijakan The Fed ini. "Saya tidak berpikir tidaklah bijak bagi presiden dan presiden terpilih untuk mencampuri The Fed, yang merupakan lembaga independen. Kita kehabisan amunisi tradisional yang biasa kita gunakan untuk menghadapi resesi, yaitu pemangkasan suku bunga. Kendati The Fed masih punya perangkat yang lain untuk menghadapi resesi, sangatlah mendesak bahwa lembaga-lembaga pemerintahan yang lain untuk ikut bergerak bersama-sama."
Nah, tak lama setelah The Fed mengumumkan keputusannya, bank-bank sentral lainnya pun mengambil langkah seribu.
Lihat saja bank sentral Hongkong, Hongkong Monetary Authority (HKMA), yang juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya ke rekor terendah dari sebelumnya 1,5% menjadi 0,5% di hari yang sama dengan The Fed mengiris bunganya. Harapannya, apat menstimulasi pengeluaran sehingga kembali menggairahkan perekonomian Hongkong. Berdasarkan data yang dirilis Fitch Ratings, saat ini pihak perbankan sedang terancam adanya bahaya penyusutan aset dan kerugian kredit akibat gagal bayar.

“Dengan adanya penurunan tersebut, HKMA berharap langkah ini juga diikuti oleh pihak perbankan lainnya sehingga dapat mendukung perekonomian Hongkong,” jelas chief executive HKMA Joseph Yam.

Sama saja dengan bank sentral Filipina. Bangko Sentral ng Pilipinas, pada hari Kamis (18/12) kemarin akhirnya memangkas suku bunga acuannya. Ini merupakan pemotongan pertama sejak Januari tahun ini.
“Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menggunting suku bunga karena posisi peso sedang menguat. Pemangkasan sebesar 25 basis poin akan memberikan sinyal ke pasar, yang memang membutuhkan informasi adanya upaya perbaikan perekonomian di negara ini oleh pemerintah,” jelas Rafael Algarra, treasurer di Security Banking Corp di Manila.
Gubernur bank sentral Amando Tetangco menyatakan, suku bunga acuan diturunkan dari 6% menjadi 5,5%. Keputusan ini memang sudah diprediksi sebelumnya oleh 13 ekonom yang disurvei Bloomberg beberapa saat sebelumnya. “Dengan adanya tekanan inflasi yang terus berkurang, maka banyak ruang untuk mengendurkan kebijakan suku bunga. Penurunan suku bunga sudah pasti akan mengurangi pengetatan pengucuran kredit,” jelas Tetangco.
Dan hari Jumat (19/12) ini, The Fed ini juga menggiring Bank of Japan memotong suku bunga patokannya ke level 0,1%. Gubernur Bank of Japan Masaaki Shirakawa dan koleganya memangkas target overnight lending rate dari 0,3% dengan 7 banding 1 suara. Asal tahu saja, pemangkasan suku bunga ini merupakan yang kedua kalinya bagi BoJ.
Perdana Menteri Taro Aso dan Menteri Keuangan Shoichi Nakagawa menyatakan ingin memainkan peranan mereka di sektor perbankan melalui suntikan dana segar untuk memudahkan perusahaan melakukan pinjaman. Pasar surat utang bulan ini menyentuh level yang paling tinggi, setidaknya empat tahun terakhir ini.
Karenanya, bank sentral kali ini menegaskan bahwa pihaknya akan membeli utang perusahaan seiring dengan resesi yang mendalam yang membuat sesak pendanaan bisnis. Aksi ini dilakukan oleh BoJ untuk menenangkan biaya pinjaman bagi perusahaan Jepang agar bisa mendapatkan pendanaan di tengah krisis global yang menjepit. Selain itu, untuk sementara ini bank sentral juga akan membungkus surat berharga dan meningkatkan pembelanjaan bulanan obligasi pemerintah.
Jika minggu lalu pemerintah sudah memutuskan untuk membeli commercial paper, hari ini mereka menyebutkan nilai belanjanya, yaitu 20 triliun yen atau US$ 223 miliar dari saham yang dimiliki oleh perbankan untuk mendorong permodalan.
“Kuartal terakhir, perekonomian Jepang telah menurun ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih-lebih, industri otomotif telah menyambar sektor lain dan hal ini sangat vital bagi pertumbuhan ekonomi; kini harus menghadapi penurunan,” kata Jun Ishii, chief fixed-income strategist Mitsubishi UFJ Securities Co. di Tokyo.
Vietnam juga memangkas suku bunganya menjadi 8,5% dari sebelumnya 10% pada hari ini. Pemangkasan ini merupakan yang paling besar sepanjang tahun untuk mencegah perekonomian yang kian melambat dan krisis keuangan yang kian memburuk.
State Bank of Vietnam menegaskan, suku bunga anyar ini berlaku efektif mulai 22 Desember minggu depan. Pemangku kebijakan juga mengurangi refinancing rate dari 11% menjadi 9,5% dan menyusutkan discount rate dari 9% menjadi 7,5%.
“Pemotongan suku bunga ini akan membantu biaya pinjaman baik untuk perseorangan maupun perusahaan, ssehingga akan membantu merangsang produksi dan konsumsi,” tutur Do Ngoc Quynh, head of currency and debt trading Bank for Investment & Development.

Tetap anteng di suku bunga terakhir

Namun, ada juga negara yang enggan membebek langkah The Fed ini. Lihat saja bank sentral Sri Lanka yang keukeuh pada suku bunga yang sudah dipatok sebelumnya, yaitu 10,5%. Bukan hanya sekarang Sri Lanka kompak memegang suku bunga patokan ini. Dalam 22 kali pertemuannya hingga hari Jumat (19/12) ini tentang suku bunga, bank sentral ini sepakat untuk tak menggoyahkannya.
Langkah ini diambil untuk memudahkan biaya peminjaman lantaran negeri ini sudah memprediksikan inflasi akan berjalan lebih lambat dari tahun sebelumnya. Bank sentral berusaha menjaga inflasi yang selama ini, sekitar lebih dari 16%.
Mendekap tingkat inflasi yang paling tinggi di Asia telah memberikan ruang yang sangat tebatas bagi Gubernur Nivard Cabraal untuk membikin kebijakan moneter menjadi tenang untuk mendorong ekspansi perekonomian. Padahal, roda ekonomi di negara ini sudah melambat di kuartal terakhir seiring dengan perekonomian yang terjungkal yang menghajar ekspor. Masih lagi, inflasi yang tenang memberi bank sentral cukup ruang untuk bermanuver di bulan-bulan yang akan datang.
Tak hanya Sri Lanka yang terlihat berhati-hati dan tak asal membebek bunga The Fed. Sejumlah tarik ulur pun masih terjadi di sejumlah bank sentral.
Misalnya bank sentral China. Gubernur bank sentral china Zhou Xiaochuan menggelontorkan spekulasi bahwa pengguntingan suku bunga acuan di China sudah di ambang pintu. Ia juga kembali menyebutkan bahwa inflasi yang merosot telah mendesak agar suku bunga segera dipangkas.“Tekanan ini berdasarkan atas prediksi inflasi. Inflasi kemungkinan akan melambat lebih jauh lagi beberapa waktu yang akan datng,” kata Zhou di Beijing, Kamis (18/12).
Glenn Maguire, chief Asia-Pacific economist Societe Generale SA di Hong Kong mengharapkan suku bunga patokan untuk one-year lending rate melandai menjadi 4,50% dari 5,58 % dalam tiga minggu ini. “Prospek untuk pemangkasan suku bunga sangatlah besar pada saar ini dan mereka bisa bergerak kapanpun,” katanya.
Lantas, apakah pengirisan suku bunga China ini ada kaitannya dengan pembabatan oleh The Fed yang belum lama ini dilakukan? Zhou menegaskan bahwa jika suku bunga patokan China dibabat, tak ada kaitan dengan The Fed. “Kami akan mengambil kebijakan sesuai dengan kebutuhan kami dan data yang kami miliki,” katanya.
Sementara itu Charles Goodhart, mantan anggota komite kebijakan moneter Bank of England mengimbau agar Gubernur Bank of England Mervyn King melihat kembali kemungkinan membikin kebijakan yang agresif untuk bertempur melawan krisis kredit.
“Otoritas moneter harusnya agresif!,” tegasnya. Saat ini, Goodhart menjadi profesor di London School of Economics and Political Science. Menurutnya, sebaiknya tahun depan King lebih berani, fleksibel dan melangkah lebih jauh untuk merespons kondisi saat ini.
Bank sentral Inggris, dan juga bank sentral lainnya, menurut Goodhart, tak cukup bisa menyadari tentang permasalahan likuiditas yang makin melebar ini. “Jika perbankan mengambil langkah yang lebih cepat ketimbang beberapa waktu lalu, kita tak akan berada di titik seperti sekarang ini,” katanya.
Sebelum The Fed memangkas suku bunganya ke level 0,25%, Goodhart menegaskan bahwa bank sentral AS telah melakukan hal yang paling tepat untuk membantu meringankan krisis kredit dengan membelanjakan commercial paper.
Bank sentral lainnya sepertinya bakal ikut menggunting suku bunga acuannya. European Central Bank mengikis suku bunganya menjadi 2,5% bulan ini dari 4,25% di bulan Juli. Sementara Bank of England memapras suku bunganya menjadi 2% dari 5,75% di bulan Juli.
Tingkat Pengangguran Rusia Semakin Menggelembung

MOSCOW. Tingkat pengangguran di Rusia pada November lalu makin meroket. Bahkan peningkatannya merupakan yang tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Berdasarkan data yang dirilis Federal Statistics Service, tingkat pengangguran naik menjadi 6,6% dari sebelumnya 6,1% pada bulan Oktober. Jumlah warga yang tidak memiliki pekerjaan mengalami penambahan menjadi 6 juta dari 4,6 juta pada Oktober lalu.
“Angka pengangguran ini sangat memprihatinkan. Itu dapat diartikan, tingkat konsumsi akan semakin menurun sehingga perekonomian Rusia tidak akan bergairah. Hal ini merupakan kabar buruk untuk menyambut tahun baru,” jelas Tatiana Orlova, ekonom ING Bank di Moscow.

Deputy Economy Minister Rusia Andrei Klepach kemarin mengatakan, krisis finansial global mulai berdampak ke Rusia. Alhasil, negara yang merupakan eksportir terbesar energi dunia ini diprediksi akan mengalami kontraksi dalam dua kuartal pertama tahun 2009 mendatang.
Selain tingginya angka pengangguran, Rusia juga dibayang-bayangi dengan melemahnya mata uang rubel sebesar 0,4% menjadi 27,6165 per dolar. Sementara itu, jika dihadapkan dengan euro, mata uang rubel melemah 0,8% menjadi 39,4592. Sedangkan hari ini, indeks acuan Rusia Micex Stock index juga melorot 2,5%.

Monday, December 15, 2008

Contoh Mekanisme Kerja Saham, Must Read !!!

Selamat pagi temen - temen, hari saya ingin melanjutken memposting kelanjutan artikel kemaren tanggal 16 Desember 2008, artikel ini ditulis oleh sang fenomenal Mr Dahlan Iskan yang menurut saya bisa dijadikan acuan untuk temen- temen semua untuk yang ingin mengetahui tentang kinerja saham, Mr Dahlan Iskan menjelaskan dengan ringan dan mudah sekali untuk dimengerti. Saya harap artikel ini bisa berguna bagi temen - temen semua sesama blogger dan webber. Selamat membaca.

Dahlan Iskan : Demi Mutu Saham, Korbankan Mutu Koran
Koran memang diramalkan akan mati. Tidak lama lagi. Bangkrutnya perusahaan koran terkemuka Chicago Tribune pekan lalu seolah memperkuat ramalan itu. Apalagi, koran besar lainnya seperti Washington Post dan New York Times juga disebut-sebut punya persoalan yang mirip.

Apakah harian Chicago Tribune sudah tidak terbit lagi?

Bukan begitu.

Koran itu masih tetap jaya. Perkiraan saya, Chicago Tribune, sebagai koran, masih sangat menguntungkan. Los Angeles Times pun, anak perusahaan yang lebih besar dari Chicago Tribune, masih hebat. Berbagai koran lainnya yang juga dimilikinya masih baik-baik saja. Demikian juga anak-anak perusahaan yang berupa stasiun TV lokal.

Yang bangkrut itu adalah perusahaan induknya (holding). Kebangkrutan tersebut dikarenakan utang perusahaan induk itu mencapai (tarik napas dulu!): USD 13 miliar. Atau sekitar Rp 140 triliun. Sembilan kali dari nilai asetnya. Parah.

Mengapa sebuah perusahaan koran sampai punya utang sebesar gajah bengkak yang ditiup? Jawabnya agak rumit. Intinya adalah: gara-gara koran itu masuk bursa. Setidaknya semangat bursa itulah yang mendorongnya ke sana.

Jelekkah koran go public? Saya pernah merenungkannya lama. Yakni, sejak oplah koran-koran di AS secara konstan terus menurun sejak 10 tahun lalu. Sebuah data yang kemudian mendukung ramalan bahwa koran tersebut segera mati.

Saya pun berkesimpulan bahwa sebaiknya perusahaan tertentu seperti koran, universitas, dan rumah sakit jangan masuk pasar modal. (Itulah sebabnya, Jawa Pos yang sudah siap go public sejak 10 tahun lalu menunda terus pelaksanaannya. Lalu, memilih obligasi yang saya anggap sudah setengah go public. Obligasi Jawa Pos yang jatuh tempo tanggal 10 Desember kemarin sudah dilunasi sepenuhnya tanpa cacat sedikit pun. Dari pengalaman obligasi itu, Jawa Pos memperoleh banyak pelajaran sebagai perusahaan ''setengah'' publik).

Saya memperhatikan, dengan go public, terjadilah pertentangan dua arus yang berlawanan keras: idealisme dan komersialisme. Kalau mau tetap idealis, performance korannya di pasar modal tidak sukses. Harga sahamnya tidak akan bisa segemilang perusahaan yang bisa jungkir balik sebebas-bebasnya.

Tapi, kalau hanya ingin mengejar kecemerlangan di pasar modal, bisa jadi koran itu jadi korban. Langsung atau tidak langsung. Korannya hanya akan dipakai sebagai alat dongkrak harga saham.

Tentu saya tidak menuduh harian Chicago Tribune tidak punya idealisme. Atau idealisme Chicago Tribune dinomorduakan. Saya melihat profesionalisme Chicago Tribune terpuji di panggung dunia. Demikian juga Los Angeles Times. Luar biasa hebatnya.

Tapi, karena induk perusahaan koran itu go public, bisa jadi kehebatan Chicago Tribune justru dipakai alat untuk terus memompa performance perusahaan induknya tersebut. Chicago Tribune, juga Los Angeles Times, tampil sebagai ''bintang'' yang bisa ''dijual'' oleh induk perusahaan tersebut.

Itulah yang umumnya terjadi di perusahaan publik. Anak perusahaan yang mengkilap selalu jadi tumpuan. Contohnya, anggap saja, seandainya Jawa Pos itu perusahaan publik:

Sebagai perusahaan publik, Jawa Pos tentu harus menjaga agar harga sahamnya terus naik. Tidak boleh berhenti, apalagi turun. Kalau bisa, tiap tahun naiknya minimal harus 20 persen.

Kalau ada kalanya harga sahamnya tidak bisa naik, omzetnya harus terus naik. Juga asetnya. Pokoknya, di dunia ini, tidak boleh ada yang turun.

Bagaimana kalau suatu saat oplah Jawa Pos turun dan pendapatan iklannya juga turun? Bukankah penghasilannya akan turun dan labanya juga turun?

Iklim di pasar modal tidak mau tahu itu. Pokoknya harus naik. Direksi koran itu sendiri tidak mau terjadi penurunan: bonusnya bisa turun. Bahkan, bisa jadi, direksi koran itu sendiri yang ngotot untuk naik karena tergiur oleh bonus yang gila-gilaan.

Maka, kalau suatu saat terjadi penurunan kinerja perusahaan, jalan yang dipakai untuk mengatasinya adalah ''jalan pasar modal'': lebih cepat dan lebih mudah. Bukan jalan ''tradisional'' yang sulit dan lama.

Kalau masih jalan tradisional yang ditempuh, untuk mengatasi menurunnya kinerja koran, langkah yang diambil adalah memarahi wartawan: mengapa bikin berita tidak menarik. Atau memarahi bagian pemasaran: mengapa penjualan korannya turun. Atau memarahi bagian iklan: tidak becus cari iklan. Atau menyalahkan Tuhan: mengapa menurunkan hujan pagi-pagi yang hanya akan mengganggu peredaran koran. Setidaknya memaki gubernur Jakarta: setiap Jakarta banjir, oplah koran turun drastis!

Membina wartawan, mendidik orang-orang marketing, dan seterusnya adalah pekerjaan yang sulit serta memerlukan waktu lama. Apalagi kalau direksi perusahaan koran tersebut tidak mengerti berita yang baik itu yang bagaimana.

Maka, untuk mengatasi stagnannya performance perusahaan, sang direksi akan cenderung mengambil jalan pintas. Apalagi, jalan itu disediakan oleh sistem kapitalisme pasar modal.

Kalau (seandainya) Jawa Pos sebagai (seandainya) perusahaan publik mengalami situasi (seandainya) kesulitan seperti itu, bisa jadi direksinya mengambil ''jalan kapitalisme'' normal berikut ini:

Untuk menaikkan omzet dan aset, langsung saja beli perusahaan lain. Katakanlah beli saja Rakyat Merdeka. Tiga bulan lagi beli Riau Pos. Lalu beli Sumut Pos. Beli lagi Radar Lampung. Beli lagi Pontianak Post dan seterusnya.

Perusahaan yang dibeli tidak harus yang sudah untung. Yang penting, menurut perkiraan, akan bisa untung. Bahwa kenyataannya nanti tidak untung, jangan dipikirkan benar. Akan ada jalan yang lain lagi.

Untuk membeli-membeli itu juga tidak perlu punya uang. Cukup dengan utang. Jaminannya saham Jawa Pos. Bagaimana kalau nilai saham Jawa Pos tidak cukup besar untuk menjamin utang itu? Jangan takut. Meski kekayaan Jawa Pos Rp 4 triliun, berani saja utang sampai Rp 16 triliun.

Dengan membeli-membeli tadi, kekayaan Jawa Pos yang Rp 4 triliun itu bisa jadi langsung naik menjadi lebih dari Rp 16 triliun. Bukan karena koran-koran yang dibeli tersebut memang hebat, melainkan dengan membeli-membeli tadi, harga saham Jawa Pos sendiri naik drastis. Dengan kenaikan harga saham tersebut, kekayaannya berarti juga naik. Bahwa omzet dan labanya sebenarnya tidak terlalu naik, tidak ada hubungannya.

Yang penting, angka-angkanya sudah naik. Bahwa mutu berita yang dimuat koran-koran tersebut sebenarnya tetap tidak menarik, tidak akan pernah dipersoalkan. Untuk apa mempersoalkan yang kecil-kecil begitu, kalau sudah bisa diatasi dengan cara mudah.

ana agar koran bisa benar-benar terjual dan tidak sekadar jadi tempat duduk agen.Memperbaiki mutu redaksi adalah cara yang sulit: harus memperhatikan sampai soal titik, koma, detik, menit. Hasilnya juga tidak bisa segera diketahui. Memperbaiki pemasaran juga sulit: tiap pukul 03.00 harus sudah keliling agen-agen. Tidak ada alasan hujan atau banjir. Intinya bagaim

Sedangkan menaikkan kekayaan lewat pasar modal jauh lebih gampang. Bisa dilakukan di depan komputer di sebuah kafe atau lobi hotel atau ruang rapat yang ber-AC.

Kalau tahun depan harga saham harus naik lagi, tempuh saja cara yang sama: beli lagi koran lain. Atau beli stasiun TV milik orang lain. Atau beli stasiun radio sebanyak-banyaknya. Utang lagi. Lebih kaya lagi.

Kalau ada perusahaan koran yang tidak dijual, paksa saja agar dijual: iming-imingilah ahli warisnya dengan harga yang mahalnya tidak terbayangkan. Mengapa mau membeli kelewat mahal? Lho, mengapa tidak? Toh, uang tersedia dengan mudah untuk dipinjam?

Bahkan, kalau yang mau dibeli itu perusahaan koran yang juga sudah go public, lebih mudah lagi: lakukan hostile take over (pengambilalihan secara kasar di bursa saham). Ini sah. Tidak melanggar hukum. Beberapa tahun lalu, sebuah koran yang sangat hebat di Amerika, Los Angeles Times, merasakan itu.

Waktu terjadinya pun akhir Desember seperti sekarang ini. Waktu itu, semua orang sudah tidak terlalu mikir perusahaan. Sudah sibuk mempersiapkan liburan Natal dan Tahun Baru. Hanya satu orang yang terus sibuk: direktur keuangan. Dia seperti tidak mau libur.

Ternyata, dia punya misi rahasia: mengatur agar dalam waktu sekejap Los Angeles Times di-hostile take over oleh seseorang. Tentu semua transaksi nakal tersebut harus terjadi dalam waktu sangat cepat: selama orang-orang liburan Natal.

Maka, dipikirkanlah caranya. Dokumen apa saja yang harus disiapkan. Bagaimana model transaksinya. Bagaimana menentukan harga belinya. Di mana tanda tangan harus dilakukan. Luar biasa banyaknya pekerjaan yang harus disiapkan. Maklum, yang mau diambil alih ini perusahaan raksasa. Apalagi, semua itu harus dilakukan secara diam-diam, rahasia, dan teliti. Tidak boleh menimbulkan gugatan di belakang hari.

Tibalah hari libur. Semua orang berlibur. Termasuk pemilik koran itu. Tidak ada tanda-tanda apa pun. Begitu perayaan tahun baru selesai, pada hari kerja pertama tahun baru tersebut, keluarlah pengumuman di pasar modal: Los Angeles Times sudah dibeli Chicago Tribune! Pemilik aslinya sendiri baru tahu dari pengumuman itu!

Lalu, bagaimana nasib pemilik Los Angeles Times yang sudah memiliki koran itu sejak didirikan kakeknya lebih dari seratus tahun lalu? Tentu tidak bisa apa-apa. Pulang liburan, tiba-tiba saja dirinya sudah bukan pemilik koran itu lagi! Tiba-tiba saja di pagi hari di tahun baru itu dia kehilangan perusahaannya!

Memang, dia masih mendapat uang banyak. Sahamnya yang masih tersisa dihargai sangat mahal. Tapi, dia sangat marah. Apalagi ketika dia tahu bahwa otak pengambilalihan secara kasar tersebut adalah direktur keuangannya sendiri. Tapi, sang pemilik tidak bisa apa-apa. Semua transaksi itu sah adanya.

Sejak saat itu, banyak orang yang tidak bisa tenang ketika menjalani liburan Natal. Jangan-jangan ketika ditinggal libur, perusahaannya hilang.

Tapi, zaman berputar lagi. Kini, pemilik Chicago Tribune pun menyerah. Minta dibangkrutkan. Utangnya Rp 140 triliun. Tidak mampu membayar lagi.

Meski begitu, saya yakin harian Chicago Tribune dan Los Angeles Times sebagai anak-anak perusahaan masih sangat menguntungkan.

Saya khawatir, perusahaan koran yang go public, atau yang induknya go public, hanya akan mengandalkan mutu sahamnya, bukan mutu korannya. Saya menduga, mulai dari sinilah mengapa mutu koran tidak bisa mengimbangi mutu kehidupan manusia. Dari sini pula bermula mengapa oplah koran terus menurun.

Lalu, apakah Jawa Pos (bukan seandainya) tetap akan go public? Mungkin... ya! Tapi, untuk tujuan yang berbeda.

Sunday, December 14, 2008

Beda kata "BANGKRUT" menurut Uncle Sam dan Menurut Orang Indonesia

Selamat pagi pembaca yang tercinta, temen - temen blogger dan webber :D semuanya, bro and sis. pagi ini ada liputan yang menarik untuk dibaca semua oleh kalian yang tidak sempet atao malas membuka ataupun membeli koran :d , artikel kali ini saya ambil dari tulisan Mr Dahlan Iskan yang fenomenal itu di harian JawaPos 15 Desember 2009.

Saya rasa hal ini perlu diperhatiken dan dicermati sungguh - sungguh ! banyak perusahaan bangrut dimana - mana ! PHK masal dimana - mana ! termasuk di INDONESIA yang kita cintai ini, sudahkah kita mengerti apa itu arti kata "BANGKRUT" sebagian besar dari kita yang mendengar kata ini rasanya "piye gitu ya" hehehe merasa riskan, bingung aneh atau bagi sebagian kecil para sesama "pesaing" merupakan "makanan sehat" atau "suplemen" untuk membooster penjualan mereka dengan saling menjatuhken. bagaimana dengan temen - temen ? apa sudah mendapatken pengertian "BANGKRUT" yang sesungguhnya ? mari kita ikuti ulasan dari Mr Dahlan iskan yang fenomenal ini.

Dahlan Iskan : Sebuah Jalan Enak Menuju Bangkrut

Kalau sudah merasa sumpek yang sampai tidak tertahankan, perusahaan di Amerika Serikat biasanya langsung saja datang ke pengadilan setempat untuk mengajukan permintaan ini: minta dibangkrutkan.

Sejak krisis keuangan September lalu, tiap bulan hampir 100.000 perusahaan yang memilih bangkrut di sana. Beberapa di antaranya bukan perusahaan sembarangan: lembaga keuangan terbesar di dunia, Lehman Brothers; salah satu koran terbesar di dunia, Chicago Tribune; dan mungkin sebentar lagi disusul oleh perusahaan mobil terbesar di dunia, General Motors. Juga salah satu perusahaan judi terbesar di dunia: Las Vegas Sands.

Minta bangkrut adalah sesuatu yang sangat biasa di Amerika Serikat. Apalagi dalam situasi krisis seperti ini. Pada zaman normal saja, kabar tentang perusahaan bangkrut sudah dianggap menu harian. Bukan lagi berita di koran. Kalau toh di surat kabar sering ditemui kabar kebangkrutan, masuknya biasanya sudah di kolom iklan jitu. Yang bakrut bukan saja perusahaan, tapi juga perseorangan. Di zaman normal pun hampir setiap hari ada iklan mini yang menyebutkan siapa bangkrut hari itu.

Sistem hukum dagang di AS memang memungkinkan itu. Seseorang yang kepingin bangkrut langsung saja datang ke pengadilan distrik. Yakni pengadilan tingkat paling bawah. Keputusan pengadilan itu bersifat final. Tidak ruwet harus naik banding dan kasasi. Apalagi pakai peninjauan kembali (PK) segala. Untuk urusan pidana pun, upaya hukum di AS berhenti di pengadilan tinggi di negara bagian. Tidak bisa kasasi sampai mahkamah agung tingkat pusat.

Sesampai di pengadilan distrik itu, seseorang atau sebuah perusahaan bisa langsung mengajukan permintaan sendiri: mau dibangkrutkan sesuai dengan peraturan nomor XI (Chapter Eleven) atau minta bangkrut sesuai dengan peraturan nomor VII (Chapter Seven).

Pilihan itu sesuai dengan tingkat keperluan perusahaan. Misalnya saja, Anda yakin bahwa perusahaan Anda sebenarnya masih baik. Pasar produk Anda masih bisa bersaing. Kesulitan Anda hanyalah bahwa utang perusahaan Anda terlalu besar. Tidak kuat bayar pokok atau bunga. Lalu, aset perusahaan Anda sudah lebih kecil daripada utang itu. Para penagih sudah mulai mengancam Anda, misalnya akan menyita aset Anda. Maka, agar tidak "dikeroyok" kreditor, sebaiknya Anda langsung datang ke pengadilan distrik dan minta dibangkrutkan dengan cara menggunakan Chapter XI.

Di situ Anda harus menjelaskan: benarkah kalau saja para kreditor bisa lebih sabar dan memberikan berapa keringanan, perusahaan Anda masih baik dan pada gilirannya bisa memenuhi kembali seluruh kewajiban itu. Lalu, kepada hakim, Anda mengajukan permintaan apa: potongan bunga, penundaan bunga, tenggang waktu mencicil, mengolor jangka pinjaman, minta membayar ringan di depan meski agak berat di belakang, minta potongan pokok, dan seterusnya. Anda bisa hanya minta salah satu atau beberapa atau semua kemungkinan di atas.

Hakim di pengadilan itulah yang akan menilai proposal Anda itu masuk akal atau tidak, perusahaan Anda itu masih punya prospek atau tidak. Proposal Anda itu juga akan diberikan kepada semua pihak yang punya tagihan kepada Anda. Termasuk kepada para pemasok bahan baku, kontraktor, dan pihak perpajakan. Lalu, para pihak yang punya tagihan ke perusahaan Anda itu juga akan menilai proposal Anda itu masuk akal atau tidak. Lalu, keterangan Anda (juga para pemilik tagihan) didengar oleh hakim. Hakimlah yang memutuskan (final) untuk memenuhi permintaan Anda atau tidak. Kalau dipenuhi, pemenuhannya hanya sebagian, separo, atau seluruhnya.

Kalau hakim memenuhi permintaan Anda, maka meski sudah berstatus bangkrut, perusahaan Anda bisa terus berjalan seperti biasa. Operasi perusahaan bisa lebih lancar karena tidak terbebani kewajiban yang di luar kemampuan perusahaan. Bisa jadi, perusahaan Anda sangat maju lagi dan pada gilirannya mampu memenuhi seluruh kewajiban. Lalu, perusahaan Anda dikeluarkan dari daftar bankrut.

Dalam sistem itu, logikanya adalah:

1) tidak membunuh perusahaan, 2) terjadi keadilan di antara kreditor, 3) kreditor juga harus ikut bertanggung jawab karena besarnya utang di sebuah perusahaan itu, antara lain, juga akibat kesalahan kreditor: mengapa mau memberikan pinjaman.

Tapi, bisa jadi, hakim memutuskan bahwa perusahaan Anda tidak bisa diteruskan. Proposal Anda tidak masuk akal. Kalau sudah demikian, perusahaan Anda akan diserahkan kepada likuidator untuk diapakan. Bisa jadi, dilelang dan hasilnya yang tidak seberapa itu dibagi secara adil kepada seluruh kreditor. Atau perusahaan Anda dipecah-pecah. Unit yang masih bisa jalan akan diserahkan kepada salah satu atau beberapa kreditor untuk terus dijalankan. Unit-unit lain beserta asetnya dilelang.

Dalam hal penerbit Chicago Tribune, kelihatannya agak khas. Persoalan terbesarnya bukan di perusahaan koran itu, tapi di perusahaan induk atau holding-nya. (Besok pagi, di ruang ini, saya akan menguraikan bagaimana perusahaan surat kabar yang begitu gagah itu tiba-tiba saja harus bangkrut dan bagaimana masa depannya).

Penyebab permintaan untuk bangkrut sebenarnya bukan hanya tidak kuat membayar utang. Bisa juga oleh penyebab lain. Dalam kasus General Motors nanti, kalau sampai dilakukan, bisa jadi persoalannya juga di serikat buruh. Meski mungkin juga karena tidak kuat membayar kewajiban utang dan bunga.

Selama ini General Motor selalu mengeluhkan beratnya beban buruh. Ini akibat perjanjiannya yang berat dengan serikat buruh. Karena itu, kalau saja beban utang, cicilan dan bunga diperingan, belum tentu persoalan bisa selesai. Beratnya beban buruh di situ dinilai membuat perusahaan tidak kompetitif lagi.

Maka, dengan status bangkrut sesuai dengan Chapter XI, semua perjanjian yang pernah dibuat perusahaan itu batal dengan sendirinya. Bukan saja perjanjian utang-piutang, tapi juga perjanjian dengan serikat buruh. Ini tentu bisa dipakai sebagai bekal perusahan untuk bangkit lagi dengan memulai babak barunya.

To be continue.....................................

Jadi, bangkrut (di Indonesia) dan bangkrut (di Amerika) itu berbeda. Kalau mendengar sebuah perusahaan di AS mengajukan permintaan untuk bangkrut, bisa jadi tidak berarti perusahaan itu tutup. Bangkrut tetap saja tidak enak. Tapi, beda negara beda akibatnya. (*)

fuiiiiihhh akhirnya jelas juga ya hehehe ok selamat bekerja :D


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Free PDF Files